Senin, 24 Agustus 2015

 hasrat para penguasa untuk menguasai dan mengekploitasi demi untuk kepentingan pribadi, golongan atau keluarga tanpa memperhatikan hak-hak yang harus ditunaikan kepada penduduk asli papuayang notabenenya masih tertinggal, secara ekonomi, pendidikan, dan kesehatan serta masih minimnya sarana-prasarana penunjang kehidupan yang lain.
 hasrat para penguasa untuk menguasai dan mengekploitasi demi untuk kepentingan pribadi, golongan atau keluarga tanpa memperhatikan hak-hak yang harus ditunaikan kepada penduduk asli papuayang notabenenya masih tertinggal, secara ekonomi, pendidikan, dan kesehatan serta masih minimnya sarana-prasarana penunjang kehidupan yang lain.
        Papua adalah bagian dari bumi Nusantara. Alamnya yang indah seringkali menimbulkan hasrat para penguasa untuk menguasai dan mengekploitasi demi untuk kepentingan pribadi, golongan atau keluarga tanpa memperhatikan hak-hak yang harus ditunaikan kepada penduduk asli papua yang notabenenya masih tertinggal, secara ekonomi, pendidikan, dan kesehatan serta masih minimnya sarana-prasarana penunjang kehidupan yang lain. Penomena inilah yang kemudian memunculkan sebuah image bahwa orang-orang asli papua justru menjadi tamu dirumah sendiri.

        Ironisnya, ketertinggalan ini justru sering dimanfaatkan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab entuk menebarkan paham atau doktrin atau ajaran-ajaran diluar Islam sehingga semakin meluasnya Kristenisasi dan westernisasi di kalangan masyarakat Papua. Kita tidak bisa menyalahkan mereka karena telah menyebarkan paham dan ajaran tersebut, akan tetapi justru kita harus introspeksi diri sudahkah kita berbuat kebaikan untuk orang-orang Papua atau kita malah menjadi bagian dari orang-orang yang telah menjadikan mereka semakin terbelakang.
     
        Inilah permasalahan yang harus kita jawab, bukan hanya sekedar denga teori melaluiceramah atau khutbah semata, akan tetapi harus direalisasikan dengan kerja nyata. Kita tidak bisa juga hanya bertumpu kepada pemerintah karena tentunya masih banyak cakupan dan garapan yang harus ditangani. Mengingat begitu luasnya tanah Papua dan tersebarnya masyarakat di tempat-tempat yang sulit dijangkau oleh sarana transportasi.

        Saat inilah kita berbuat. Melalui program "Save our Papua" yang telah di gulirkan di yayasan Al-Hayah Hayatuna semenjak akhir tahun 2011, setidaknya mampu menggugah sanubari kita semua untuk turut berperan serta mengentaskan generasi muda Papua dari keterpurukan dan ketertinggalan, membekali mereka dengan pengetahuan agama, dan memuliakan anak-anak Papuan dengan al-Qur'an sehingga diharapkan ketika mereka kembali ketanah kelahiran, mereka akan menjadi agent of change (pelaku-pelaku perubahan), menjadi dai dan daiyyah yang mengamalkan dan mengajarkan al-Qur'an demi terwujudnya masyarakat Papua yang terdidik, berkeadilan dan hidup dalam kesejahteraan.